
Serikat Ojol Pastikan Pengemudi yang Bertemu Gibran Bukan Anggotanya
Serikat Ojol Tegaskan: Pengemudi yang Bertemu Gibran Bukan Anggota Kami
wahanalistrik.com – Serikat Pengemudi Ojek Online, Garda Indonesia, menyampaikan pernyataan tegas: rombongan pengemudi ojol yang “berdialog” dengan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka di Istana Wapres, Minggu (31/8), sama sekali bukan anggota mereka.
Ketua Umum Garda Indonesia, Raden Igun Wicaksono, menyebut mereka tidak mengenali siapa pun dari kelompok tersebut dan menilai kehadiran mereka sebagai “inisiatif pribadi atau titipan aplikator” dari platform ojol. Artinya, ini bukan perwakilan resmi pengemudi ojol.
Hal ini menambah kecurigaan bahwa momen itu bisa jadi setting-an — menciptakan citra perwakilan rakyat yang tidak otentik. Igun menegaskan bahwa pengemudi ojol yang sejatinya hadir dan aktif dalam solidaritas kasus Affan justru tidak dilibatkan dalam forum dialog ini.
Mengapa Ini Menimbulkan Kritik? Beberapa Alasan Detail
1. Legitimasi dan Representasi yang Dipertanyakan
Garda Indonesia adalah asosiasi yang terdaftar secara resmi dan mewakili pengemudi di seluruh Indonesia. Namun, mereka tak pernah diberi kesempatan menyuarakan langsung aspirasi saat pertemuan itu terjadi. Praktis, siapa sebenarnya kelompok yang hadir itu?
2. Ketidakterlibatan dalam Kasus Affan Kurniawan
Garda mengaku justru turut secara langsung dalam advokasi atas kasus Affan—saksi, pendamping keluarga, dan pengawal jenazah. Tapi perwakilan yang ditampilkan di Istana tak terlibat dalam kehadiran langsung tragedi. Ini memicu kritik serius soal etika representasi.
3. Setwapres Ceroboh Tanpa Koordinasi
Sekretariat Wapres dinilai tidak melakukan koordinasi dengan asosiasi resmi ketika menyiapkan pertemuan. Akibatnya, publik menerima informasi yang diwarnai narasi palsu atau setidaknya bias, tanpa memastikan keaslian wakil komunitas ojol.
Reaksi Netizen dan Publik terhadap Peristiwa Ini
Publik di media sosial langsung bereaksi saat video pertemuan viral. Beberapa netizen menyindir dan menduga adanya “aktor ojol” atau kelompok bayaran—tanggal keterlibatan mereka tampak tidak autentik, dan ada yang gak hafal istilah sehari-hari seperti “driver”, malah disebut “taruna”.
Komentar satir bahkan berkata:
“Fix ya! Mereka bukan ojol, melainkan penjilat sekaligus ternak-ternak samsul.”
Hal ini menunjukkan bahwa publik punya kepekaan tinggi terhadap simbol manipulative semacam itu di tengah isu krusial seperti tewasnya pengemudi Affan.
Apa Konsekuensi Bagi Setwapres dan Gibran?
Merusak Kepercayaan terhadap Pemerintah
Sikap ceroboh bisa mengikis kredibilitas Setwapres—publik menyangka ini strategi pencitraan, bukan dialog tulus dari wakil rakyat sejati.
Potensi Kriminalisasi Aspirasi
Jika kelompok tak resmi diberi wadah, aspirasi asli justru tak terdengar. Hal ini bisa menimbulkan friksi baru dalam hubungan antar rakyat dan negara.
Serikat Tetap Tegas Suarakan Isu Strategis
Garda Indonesia memastikan tetap fokus memperjuangkan hak ojol—tarif adil, perlindungan sosial, dan regulasi yang manusiawi—bukan sekadar ajang foto bersama pejabat.