Super Garuda Shield 2025: Latihan Militer Multinasional dan Dampaknya bagi Indonesia
Latihan militer Super Garuda Shield 2025 kembali menjadi sorotan, setelah ribuan personel TNI bersama pasukan dari berbagai negara sahabat turun langsung dalam simulasi gabungan di perairan Natuna dan beberapa titik strategis di Sumatra. Kegiatan ini berlangsung pada September 2025, melibatkan kerja sama Indonesia, Amerika Serikat, Jepang, Australia, hingga Singapura. Artikel ini akan mengulas sejarah latihan Super Garuda Shield, pelaksanaan tahun 2025, dinamika geopolitik yang menyertainya, hingga dampaknya bagi pertahanan Indonesia di kawasan Asia Tenggara.
Sejarah dan Perkembangan Latihan Super Garuda Shield
Super Garuda Shield merupakan latihan gabungan yang awalnya hanya melibatkan TNI dan militer Amerika Serikat. Pertama kali digelar pada 2009 dengan nama Garuda Shield, latihan ini menjadi bagian dari agenda kerja sama pertahanan bilateral. Seiring waktu, cakupan latihan meluas, hingga pada 2022 secara resmi berubah menjadi Super Garuda Shield dengan melibatkan banyak negara sekutu.
Tujuan latihan ini tidak hanya sebatas meningkatkan kemampuan taktis pasukan, tetapi juga memperkuat interoperabilitas antar-militer. Artinya, prajurit dari berbagai negara bisa saling memahami taktik, teknologi, dan prosedur standar operasi. Perkembangan ini juga menjadi sinyal politik bahwa Indonesia berupaya memainkan peran sentral di kawasan Indo-Pasifik.
Dalam edisi 2025, Super Garuda Shield menjadi yang terbesar sepanjang sejarahnya. Tidak hanya melibatkan ribuan personel, tetapi juga persenjataan canggih: jet tempur F-35, kapal perang perusak, hingga sistem pertahanan udara mutakhir.
Pelaksanaan Super Garuda Shield 2025
Pelaksanaan Super Garuda Shield 2025 berlangsung pada pertengahan September hingga awal Oktober 2025, terpusat di wilayah Natuna dan Sumatra Utara. Dua lokasi ini dipilih karena memiliki nilai strategis, dekat dengan jalur pelayaran internasional serta rawan konflik geopolitik.
Latihan dibagi ke dalam beberapa tahap:
-
Amphibious Landing Operation – pasukan gabungan melakukan pendaratan amfibi dengan kapal perang dan helikopter serbu.
-
Air Combat Training – latihan udara melibatkan jet tempur generasi kelima serta sistem radar canggih.
-
Humanitarian Assistance and Disaster Relief (HADR) – simulasi bantuan kemanusiaan saat bencana, menekankan kerja sama sipil-militer.
-
Cyber Defense Exercise – bagian baru dari latihan 2025, di mana unit khusus siber berlatih menghadapi serangan digital.
Indonesia mengerahkan prajurit TNI AD, TNI AL, dan TNI AU dengan dukungan penuh dari Kementerian Pertahanan. Ribuan personel gabungan dikerahkan, dengan dukungan teknologi modern yang sebelumnya jarang digunakan di latihan militer Indonesia.
Dinamika Geopolitik di Balik Latihan
Super Garuda Shield 2025 tidak bisa dilepaskan dari dinamika geopolitik kawasan. Kehadiran Amerika Serikat, Jepang, dan Australia jelas mengirim sinyal ke Tiongkok, yang selama ini mengklaim sebagian besar Laut Cina Selatan.
Indonesia secara resmi menegaskan bahwa latihan ini bukan ditujukan melawan negara tertentu. Namun, banyak analis menilai kehadiran negara-negara sekutu dalam skala besar merupakan langkah strategis Indonesia memperkuat posisi tawar dalam isu keamanan regional.
Selain itu, latihan ini juga menjadi ajang mempererat hubungan ASEAN. Singapura dan Malaysia ikut serta, memperlihatkan bahwa solidaritas kawasan tetap penting meski ada kepentingan nasional masing-masing.
Dampak bagi Pertahanan Indonesia
Latihan Super Garuda Shield 2025 membawa banyak dampak positif bagi pertahanan Indonesia. Pertama, dari sisi kemampuan teknis, prajurit TNI mendapat kesempatan berlatih dengan peralatan canggih yang belum dimiliki Indonesia, seperti jet tempur F-35 atau sistem rudal jarak jauh.
Kedua, dari sisi diplomasi pertahanan, Indonesia semakin diakui sebagai negara yang mampu mengoordinasikan latihan multinasional. Hal ini memperkuat citra Indonesia sebagai pemimpin regional di ASEAN.
Ketiga, latihan ini juga mendorong modernisasi TNI. Dengan melihat langsung teknologi dan strategi militer negara sekutu, pemerintah bisa lebih tepat menentukan arah pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) di masa depan.
Kritik dan Kontroversi Publik
Meski banyak manfaat, latihan ini tidak lepas dari kritik. Beberapa kelompok masyarakat sipil menilai keterlibatan besar Amerika Serikat dan sekutunya bisa menyeret Indonesia dalam konflik geopolitik. Mereka khawatir prinsip politik luar negeri bebas-aktif menjadi kabur.
Ada juga kritik soal biaya. Meski sebagian besar dibiayai oleh negara peserta, masyarakat mempertanyakan efektivitas pengeluaran negara untuk latihan militer di tengah isu ekonomi nasional.
Namun, pemerintah menegaskan bahwa latihan ini adalah investasi jangka panjang untuk menjaga kedaulatan Indonesia.
Penutup: Super Garuda Shield 2025 sebagai Tonggak Pertahanan
Super Garuda Shield 2025 telah membuktikan bahwa Indonesia bukan hanya penonton dalam percaturan geopolitik, melainkan aktor penting yang mampu memimpin latihan multinasional.
Bagi Indonesia, latihan ini adalah momentum memperkuat TNI, memperluas jejaring diplomasi pertahanan, dan memastikan stabilitas kawasan Indo-Pasifik tetap terjaga.
Meski ada kritik, manfaat strategis jangka panjang dari Super Garuda Shield 2025 tidak bisa dipandang sebelah mata. Ini bukan sekadar latihan militer, melainkan investasi diplomasi, teknologi, dan keamanan bagi masa depan Indonesia.